Sejarah Masjid Raya Rahmatan Lil Alamin
- 01-Apr-2020
- Super Admin
Sejarah Singkat Masjid Rahmatan Lil Alamin (MRLA)
Sebelum MRLA menjadi seperti saat ini, para pendiri MRLA, bersama-sama, merancang nilai-nilai yang akan menjadi landasan berdirinya MRLA dan acuan bagi para pengurus untuk bagaimana memakmurkan masjid dan umat. Mereka memutuskan MRLA adalah masjid pertama yang menciptakan konsep suasana “all-in-one” dimana masjid adalah tempat berkumpul, bergaul, bertransaksi hingga pusat peradaban ilmu pendidikan serta menjadi tempat bekerja yang ramah. Masjid diciptakan menjadi ramah bagi semua masyarakat yang akan menjadi pusat kegiatan manusia khususnya umat untuk saling berkolaborasi menciptakan arus produktivitas berbasis umat.
Untuk mencapai paradigma baru ini, MRLA harus menerapkan islam moderat yang semua kembali kepada ajaran tauhid yang utuh dan hanya berpegang teguh kepada ahlul sunnah wal jamaah. Lebih lanjut lagi, untuk dapat diterima oleh setiap lapisan masyarakat, MRLA menciptakan sebuah ruang yang bagi kalangan awam akan menangkap bahwa islam adalah agama yang fleksibel dan terbuka dengan perkembangan zaman khususnya kemajuan teknologi dan budaya.
Filosofi Pembangunan Masjid Rahmatan Lil Alamin MRLA
Dalam proses pembangunannya, memiliki beberapa simbol-simbol yang menjelaskan karakteristik tertentu dari masjid. Hal ini dijelaskan melalui tampilan luar MRLA dan fondasi masjid. Berikut adalah penjelasannya :
Arah kiblat
Arah kiblat memberikan arti simbol akidah yang lurus pada bagian gedung posisi paling depan dari pintu masuk utama masjid. Pada bagian gedung posisi belakang yang paralel dengan jalan memiliki arti bahwa toleransi adalah bentuk manifestasi islam yang rahmatan lil’alamin.
Menara bertuliskan Allah dan kalimat La Illaha Illallah
Pada gambar yang diberikan penanda warna merah, itu adalah menara yang di atasnya terdapat tulisan Allah. Hal ini memiliki arti tauhid yang semurni-murninya. Sedangkan penanda warna hijau adalah kalimat La Illaha Illallah yang berarti hanya Allah sajalah yang harus diesakan.
5 pilar fondasi dan 2 lapisan struktur
Pada gambar pertama, 5 pilar fondasi utama yang menjadi penyanggah utama gedung masjid memiliki arti bahwa untuk menjadikan agama islam agama yang kokoh, sholat 5 waktu harus selalu ditegakkan.
Pada gambar kedua, gedung masjid memiliki 2 lapisan struktur utama: basement dan aula utama. Kedua hal ini memberikan makna bahwa ibadah memerlukan fondasi / akar yang kuat yaitu muamalah sebagai prinsip dasar dalam menjadikan ibadah menjadi lebih bernilai atau bermakna.